Senin, 20 Februari 2012

Sesak. Terisak.



aku harus siap, bila pada nantinya... kau mengucapkan selamat tinggal padaku.

------------------------------------------------



...dan memang aku terlalu idiot untuk mengerti tentang dialektika yang kau ujar beberapa waktu lalu. dimana senjakala hanya menjadi saksi dalam diam dan kau membuat ucapan 'selamat tinggal' menjadi suatu yang tak lagi induktif dalam kamus abadiku. Dia jingga, dan sejenak kemudian membiru, menggelap, lalu terlelap.


sesaat setelah itu, dadaku sesak. entah mengapa, sulit rasanya bagiku untuk bernafas; terengah-engah. Dan bila kutebak, iblis dalam jiwaku sedang tersenyum sinikal mencerna alegori yang terpapar dalam jerami yang membusuk di gudang.


Aku sesak, tanpamu.




maka biarkanlah aku mencari sedikit celah dalam relungmu, agar aku mampu untuk terus merasa sesak, karenamu... 


















*taken from my old collection at kaskus, April 13th, 2010.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar