"...ketika kutatap senja, aku tahu. Ada yang salah dalam diriku. Soal aku-baik-baik-saja yang tak pernah baik-baik saja kah ?"
---------------------------------------------------------
Haru.
Tapi kenyataannya, tidak.
Senja masih menyisakan sedikit fenomena, yang hanya mampu kukupas perlahan tatkala aku memupus setiap bayang yang sejatinya, takkan pernah hilang. Seperti debur ombak -- menghapus setiap coretan yang kucerca hingga hangat airnya menyentuh telapak kaki; menggesek pasir-pasir hingga tiada berbekas.
Aku masih sama seperti kemarin; hanya mampu menatap sayu dalam magisnya aksara yang tersusun. mencoba merangkai setiap kalimat yang bilamana ku eja, akan membentuk : kamu.
Dan pada akhirnya, aku masih menangis. Meluruh rasa yang menggenap di mata, di hati, di raga. Dalam diam, dalam-dalam. Menangis untuk apa, aku tak pernah benar-benar tahu. Bukankah cinta tak pernah mencipta kata 'karena' ? Atau mungkin karena aku tersadar, bahwa aku akan terus terlupakan; seperti halnya senja ketika petang menjelang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar