Jumat, 23 Maret 2012

Sunrise.


Semakin lama, semakin terik. Sudah waktunya untuk bergabung dengan selerat bayang jam enam pagi.

-----------------------------------------------------

Di malam-malam sebelumnya, kita sempat beradu kata memperdebatkan perihal siapa yang salah dan siapa yang benar. Bahkan, kita tak yakin sedang memperbincangkan apa. Hingga kemudian, kita berpisah...

Tiada lagi lembut bibirmu mencumbu rindu didalam malam yang begitu mesra dengan secangkir Moccacinno kesukaanku dan beberapa piring makanan hangat yang kita pesan.
Tiada lagi senyum culas yang sering kita jamah bersama lelucon ringan perihal bibirmu yang merah jambu,
Tiada lagi...
Tiada.

Sekarang, jelas didepan mataku selerat sinar matahari yang hendak naik. Dengan latar pegunungan, tentunya...

Maka... kuseruput kembali Moccacinno hingga habis dengan mentari yang kian naik dan; lupakan malam. Hadapi pagi.






luapkan kelam, acuhkan elegi.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar