Selasa, 20 Maret 2012

Langit, Senja, dan Amnesia. [ Cerita Kedua ]




Begitulah hebatnya Tuhan, yang mampu membuat setiap dari kita terkesima saat senja kembali menggurat...


***


Masih seputar senja, yang selalu terlupa bahwa ia seharusnya biru. Namun kali ini, ia benar-benar mendengar cemoohku pada suatu malam yang selalu mengutuk soal kebodohannya yang melupakan hakikat keabadian.

Pada suatu petang, ia benar membiru. Ia benar bersedih. Serupa laut yang kian tenang seiring jiwa-jiwa nelangsa yang jua berenang menggenang. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat itu hingga matahari enggan menyorot langit yang kusam sejak sore tadi. Memang, dia sempat menurunkan hujan beberapa menit yang lalu...


Tunggu !

Apakah hujan tersebut menjadi pertanda bahwa ia sedang menikam perih yang melambung di udara, hanya sekedar membuktikan bahwa kesedihan itu tak ada ?



"Biarkan ia berlalu. Termasuk bibir merah jambu yang sempat kukulum beberapa waktu lalu... Dia tidak lagi merah, namun telah layu
."
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar