Kamis, 25 Oktober 2012

Soliloquist.



"Sebuah bunga kecil, tumbuh jauh dari gemerlap kota tanpa mati. Cantik, namun berduri;
membuat siapapun mahfum, bahwa setiap keindahan takkan pernah mudah didapat..."


***


Malam ini, langit nampak beda. Ia hitam, namun lebih pekat. Lebih hitam dari biasanya.
Dan ya... terangnya lelampuan yang memancar --entah dari pekarangan rumah, lampu jalan, cahaya gedung-gedung mewah, ataupun sinar dari lampu belakang mobil -- tak mampu mencipta sebuah ketenangan akan kelamnya malam; terutama malam ini.

Ada satu yang salah.
entah apa, namun yang jelas ada sesuatu yang tidak benar... disini.

kau diam.
hilang pelukan.
kau gagu.
anginpun termangu.

hingga pada suatu waktu, kau menginginkan tiada peluk; sesuatu yang menghangatkan, dan menenangkan... untukmu.




Mari, perbaiki.
Jangan hancurkan.
Aku tak rela bila harus membumihanguskan semua yang telah terjadi,

diantara kita.




Terlebih,... aku malu jika harus berakhir seperti dahulu.
Aku malu.
dengan bunga berduri yang pernah kita kunjungi tempo hari,
dimana ia tampak segar, meski sendiri...

dan kita, berdua. bukan sendiri...



***













Pendek kata, sedikit orang yang tahu arti dari soliloquist atau solilokuis dalam kata serapannya. Biar saya jelaskan sedikit...

Dalam sebuah pementasan, solilokui seringkali dianggap sebagai sebuah monolog yang dimana keduanya serupa, namun tak sama. Keduanya memang merupakan sebuah dialog individu alias sendiri, namun monolog lebih berupa 'pembicaraan yang bisa dialamatkan untuk orang lain', dimana solilokui tidak. Solilokuis hanya berbicara kepada dirinya sendiri. Untuk dirinya saja...