Jumat, 23 Maret 2012

Sunrise.


Semakin lama, semakin terik. Sudah waktunya untuk bergabung dengan selerat bayang jam enam pagi.

-----------------------------------------------------

Di malam-malam sebelumnya, kita sempat beradu kata memperdebatkan perihal siapa yang salah dan siapa yang benar. Bahkan, kita tak yakin sedang memperbincangkan apa. Hingga kemudian, kita berpisah...

Tiada lagi lembut bibirmu mencumbu rindu didalam malam yang begitu mesra dengan secangkir Moccacinno kesukaanku dan beberapa piring makanan hangat yang kita pesan.
Tiada lagi senyum culas yang sering kita jamah bersama lelucon ringan perihal bibirmu yang merah jambu,
Tiada lagi...
Tiada.

Sekarang, jelas didepan mataku selerat sinar matahari yang hendak naik. Dengan latar pegunungan, tentunya...

Maka... kuseruput kembali Moccacinno hingga habis dengan mentari yang kian naik dan; lupakan malam. Hadapi pagi.






luapkan kelam, acuhkan elegi.










Selasa, 20 Maret 2012

Langit, Senja, dan Amnesia. [ Cerita Kedua ]




Begitulah hebatnya Tuhan, yang mampu membuat setiap dari kita terkesima saat senja kembali menggurat...


***


Masih seputar senja, yang selalu terlupa bahwa ia seharusnya biru. Namun kali ini, ia benar-benar mendengar cemoohku pada suatu malam yang selalu mengutuk soal kebodohannya yang melupakan hakikat keabadian.

Pada suatu petang, ia benar membiru. Ia benar bersedih. Serupa laut yang kian tenang seiring jiwa-jiwa nelangsa yang jua berenang menggenang. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat itu hingga matahari enggan menyorot langit yang kusam sejak sore tadi. Memang, dia sempat menurunkan hujan beberapa menit yang lalu...


Tunggu !

Apakah hujan tersebut menjadi pertanda bahwa ia sedang menikam perih yang melambung di udara, hanya sekedar membuktikan bahwa kesedihan itu tak ada ?



"Biarkan ia berlalu. Termasuk bibir merah jambu yang sempat kukulum beberapa waktu lalu... Dia tidak lagi merah, namun telah layu
."
















Minggu, 11 Maret 2012

Just Another Memories...





masih ingat dengan minuman yang kau sebut, beraroma balsem ini ? :')

------------------------------------
 


Dalam galeri penyerantaku, nampak wajahmu persis menempel pipiku; yang tersenyum polos menghadap lensa.

.
.
.
 
Ketika itu, kau masih mencintaiku...



















Kata-kata Bisu.



ketika kata-kata tak mampu lagi berbicara...

 -----------------------------------------


seorang penyair yang bergelut dengan kesepian seringkali mampu menuliskan Tuhan dan Cinta, tanpa kata-kata.
karenamu, aku kembali berjibaku dengan sepi selama beberapa malam ini, hingga rasanya aku butuh beberapa pagi. hingga akhirnya kita bisa kembali bertemu dan menuliskan kedua arti kata tersebut.

tanpa perlu berbisik, 
tanpa perlu bergumam.

biarkan kedua bibir kita berpadu, dan bebaskan jemariku mengukir rindu yang pilu di dadamu, hingga kita kehabisan kata-kata...

















Kiasmus.


salah satu yang paling setia menemaniku dalam ingatan adalah, secangkir minuman panas; selain dirimu yang sama hangat...

----------------------------------------


merindukanmu harusnya semudah menyeruput secangkir Moccacinno di tengah hujan deras, di dalam senyapnya malam, atau di atas perbukitan; menikmati bintang saling bertegur sapa.

dan melupakanmu tidak semudah memuntahkannya kembali, kemudian mengharapkan citarasa yang sama...













Balada Sehelai Kertas, Bolpoin, dan Airmata.


double click for better quality :)


















Jumat, 09 Maret 2012

Rindu Musiman.


 aku cemas, bila pada akhirnya seluruh pengorbanan ini hanya menjadi jejak yang tergerus ombak pantai...

-----------------------------------------


semoga rindu ini hanya sekedar rasa musiman, layaknya hujan di awal musim.
muncul dengan aroma yang khas, 
merintik, 
menderas, 
dan usai.

awalnya berbekas, dengan kubangan yang sering kita mainkan saat kanak-kanak
hingga pada akhirnya,

tak berbekas.

.
.
.

tapi terkadang, aku tak menginginkannya...

Rabu, 07 Maret 2012

Sedikit Curhat Galau dari Penulis ( Cerita Kedua ).


 - baca gambarnya, resapi kalimatnya, pandang maknanya. -

----



akhirnya bisa bercurcol lagi setelah kehilangan sedikit sentuhan untuk menulis...

---

Masih di cerita yang sama, diperankan oleh orang yang sama, dengan rasa yang sama juga. dan sekarang, ceritanya agak sedikit... rumit.

Akibat galau yang berkepanjangan, akhirnya sampai juga di bagian klimaks. Opname selama 5 hari karena infeksi lambung. koq bisa ? Gini... setiap kali aku menemukan diriku dalam kondisi down yang bener-bener akut, nafsu untuk makan dan tidur pun hilang. bahkan ada cerita dimana aku hanya tidur setiap dua atau tiga hari sekali, dan asupan nutrisiku hanya berasal dari vitamin dan Pocari Sweat. entah telah berapa kali kutenggak obat maag hanya untuk meredakan penyakitku yang terbilang baru kurasakan akhir-akhir ini...

Selasa, 28 Februari 2012. Rasanya nyawaku tersisa di tenggorokkan. Tak kuasa menahan perih yang sedang kulawan waktu itu, membuatku merasa bahwa kematian jauh lebih baik. Hingga pada akhirnya dokter melakukan sesuatu padaku dan kemudian aku tak sadarkan diri, untuk 24 jam. Entah kurang, entah lebih...

Dan semua masalah baru bermunculan disitu...


Ada seseorang yang menyabotase ponselku dan mengirimkan pesan yang sampai sekarang tak kutahu isinya apa. Namun yang jelas, problemku semakin rumit.



*setel lagu Ok GO - Needing Getting*


 
Memang, sebuah kesalahan besar bila membiarkan perempuan yang memutuskan, karena dia hanya berpikir untuk hari itu saja, dan itupun tergantung mood yang dia rasakan saat itu. Dan aku membiarkannya...

tapi andaikata aku mengatur tentang pilihan yang harus dia pilih, memangnya siapa aku dimatanya ? kekasih saja bukan... justru malah dianggap sebagai seorang yang begitu obsesif untuk memilikinya.

Kalau mesti berbicara soal harapan yang menggantung, bukankah harapanku telah digantung olehmu sejak keputusan yang kau ambil saat itu ? meninggalkan dirimu hanya untuk mencari kehidupan yang lebih baik takkan merubah apapun. Dan semudah itukah kau menyuruhku untuk melakukan hal itu, setelah aku kehilangan segalanya ?

Sakit yah, ketika kamu telah mengorbankan seluruh yang kamu miliki, dan kemudian kau dibiarkan begitu saja, didampar layaknya sampah. Ketika kamu telah memberikan segalanya untuknya, lalu kemudian dia hanya mengucap perkataan yang amat sangat menyakitkan, meski sederhana baginya...



aku harap kamu takkan pernah tahu bagaimana letihnya aku untuk mengejarmu, hingga pada akhirnya harus terbaring. Hanya kamu yang berhasil membuatku seperti itu, membuktikan bahwa betapa istimewanya kamu bagiku, dan betapa hinanya aku dimatamu. bukankah begitu ?













Jumat, 02 Maret 2012

Hujan [ Cerita Kedua ]



Entah kenapa, haluan kapal memiliki kesan dramatis tersendiri bagiku. 
adegan Titanic ? mungkin. tapi satu yang berkesan bagiku adalah, ketika aku mampu menatap langit dan laut secara bersamaan; seolah menciptakan personifikasi akan kedua jiwa yang selalu bertemu, namun tak pernah menyatu.


seperti aku, yang begitu sulit untuk menyayangimu, tulus.



***


"sebentar lagi hujan."
sahutku pada seorang teman pada suatu ketika.


"tapi langit begitu terik. tak nampang mendung meski dari kejauhan. bagaimana bisa ?"
jawabnya, sebari meraut wajah kebingungan; menatap langit diatas lautan lepas.


"aku tidak bilang kalau langit akan hujan."

"lalu ?"
ujarnya. kutatap dia benar-benar ingin tahu apa maksudku perihal hujan.






kutatap birunya langit, meski sebentar, kemudian kuturunkan sedikit topiku hingga menutup pandanganku.
lalu kuhela nafas; panjang...

seketika pipiku basah, mengalur airmata yang terjatuh pelahan.





"sudah kubilang, bahwa sebentar lagi hujan...",
"dihatiku."